MAKALAH SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
POLA
PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN
Oleh :
Nama :
NOPRIADI
NPM :
13071016
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH LUWUK
|
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan
kehadirat Allah SWT.
Karena atas segala limpahan taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan
makalah yang berjudul “
Pola
Pendidikan Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin ” dalam bentuk
sederhana.
Salawat dan Salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Nabi Sebagai
suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis menyadari segala kekurangan dan keterbatasan
kemampuan yang penulis miliki dalam penyelesaian makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kebaikan dan
kesempurnaan makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua. Dengan
segala kerendahan hati penulis ucapan terimah kasih yang setulus - tulusnya
kepada dosen pembimbing yang dengan ikhlas membagi pengetahuan dan bimbingannya.
Akhirnya kepada Allah SWT. Kami serahkan segalanya, semoga
bermanfaat bagi kita semua. Amin!
Luwuk, 30 Maret 2016
Penulis,
Nopriadi Muani
NPM:
13071016
DAFTAR ISI
halaman
KATA
PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah.............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pola Pendidikan Islam Pada Masa
Khulafaur Rasyidin..................... 2
B. Pusat - pusat pendidikan pada masa
Khulafaur Rasyidin.................. 8
C. Analisis............................................................................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 10
B. Saran................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan
Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist untuk membentuk manusia yang
seutuhnya, yakni manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Allah SWT, dan
untuk memelihara nilai-nilai kehidupan sesama manusia agar dapat menjalankan
pendidikan dapat menjalankan seluruh kehidupannya, sebagaimana yang telah
ditentukan Allah dan Rosulnya demi kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Pada masa Nabi, pendidikan Islam berpusat di Madinah, setelah Rosulullah wafat kekuasaan pemerintahan Islam di pegang oleh Khulafaurrosyidin. Wilayah Islam telah meluas diluar jazirah Arab para kholifah ini memusatkan perhatiannya pada pendidikan keagamaan syiar agama dan kokohnya pendidikan. Adapun pola pendidikan yang diterapkan pada masa Khulafaurrosyidin akan dibahas secara mendalam dalam bab-bab selanjutnya.
Pada masa Nabi, pendidikan Islam berpusat di Madinah, setelah Rosulullah wafat kekuasaan pemerintahan Islam di pegang oleh Khulafaurrosyidin. Wilayah Islam telah meluas diluar jazirah Arab para kholifah ini memusatkan perhatiannya pada pendidikan keagamaan syiar agama dan kokohnya pendidikan. Adapun pola pendidikan yang diterapkan pada masa Khulafaurrosyidin akan dibahas secara mendalam dalam bab-bab selanjutnya.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun
yang menjadi rumusan masalah adalah :
1.
Bagaimana
pola pendidikan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin?
2. Dimana pusat - pusat pendidikan pada
masa Khulafaur Rasyidin?
|
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
POLA
PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN
1.
Pola
pendidikan Islam pada masa Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq (632-634)
Setelah
Nabi wafat, sebagai pemimpin umat Islam adalah Abu Bakar as-Shiddiq sebagai
khalifah. Masa awal kekhalifahan Abu Bakar diguncang pemberontakan oleh
orang-orang murtad, orang-orang yang mengaku sebagai nabi, dan orang-orang yang
enggan membayar zakat. Berdasarkan hal ini Abu Bakar memusatkan perhatiannya
untuk memperangi para pemberontak yang dapat mengacaukan keamanan dan
mempengaruhi orang islam yang masih lemah imannya untuk menyimpang dari ajaran
Islam.
Dengan
demikian, dikirimlah pasukan untuk memberontak di Yamamah. Dalam penumpasan ini
banyak umat islam yang gugur, yang terdiri dari sahabat dekat Rosulullah dan
para khafid Al-Qur’an. Sehingga mengurangi jumlah sahabat khafidz yang hafal
al-qur’an, oleh karena itu, Umar menyarankan kepada khalifah Abu bakar untuk
mengumpulkan ayat-ayat al-qur’an. Kemudian untuk merealisasikan saran tersebut
diutuslah Zaid bin stabit untuk mengumpulkan semua tulisan Al-Qur’an. Pola
pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada Nabi, baik dari segi materi maupun
lembaga pendidikannya.
ari
segi materi pendidikan islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan,
akhlak, ibadah, kesehatan. Pendidikan keimanan yaitu, menanamkan bahwa
satu-satunya yang wajib disembah adalah Allah SWT. Pendidikan akhlak, contoh :
adab masuk rumah orang, sopan santun bertetangga, bergaul dalam masyarakat.
Pendidikan ibadah seperti pelaksanaan sholat, puasa dan haji. Kesehatan tentang
kebersihan, gerak-gerik dalam sholat merupakan didikan untuk memperkuat jasmani
dan rohani.
Lembaga untuk belajar membaca menulis
ini disebut dengan kuttab. Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk
setelah masjid, dan pusat pembelajaran pada masa ini adalah di Madinah,
sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah sahabat rosul yang
terdekat, lembaga pendidikan Islam adalah masjid, masjid dijadikan sebagai
benteng pertahanan rohani, tempat pertemuan dan lembaga pendidikan Islam,
sebagai sholat berjamaah, membaca Al-Qur’an, dan lain sebagainya.
2.
Pola
pendidikan Islam pada masa Khalifah Umar Ibnu Khattab (634-644 M)
Sesaat
sebelu Abu Bakar mennggal, beliau menunjuk Umar sebagai penggantinya setelah
dimusyawarahkan dengan para sahabat lainnya.Pada masa Khalifah Umar bin
Khattab,kondisi politikdalam keadaan stabil, usaha perluasan wilayah Islam
memperoleh hasil yang gemilang. Wilayah Islam pada masa Khalifah Umar meliputi
Semenanjung Arabia, palestina, Syiria, Irak,Persia, dan Mesir.
Dengan
meluasnya wilayah Islam mengakibatkan meluasnya pula kehidupan dalam segala
bidang. Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan manusia yang memiliki
kererampilan dan keahlian, sehingga dalam hal ini diperlukan pendidikan.
Pada
masa Khalifah Umar bin Khattab, sahabat - sahabat yang sangat berpengaruh tidak
boleh keluar daerah kecuali atas izindari khalifah dan dalam kurun waktu yang
terbatas. Jadi, kalau ada diantara umat Islam yang ingin belajar hadis harus
pergi ke madinah, ini berarti bahwa penyebarab ilmu dan pengetahuan para
sahabat dan tempat pendidfikan adalah terpusat di Madinah.
engan
meluasnya Islam sampai ke jazirah Arab, tampaknya khalifah memikirkan
pendidikan Islam di daerah - daerah yang baru di taklukkan. Untuk itu, Umar bin
Khattab memerintahkan para panglima perangnya, apabila mereka berhasil
menguasai satu kota, hendaknya mereka mendirikan masjid sebagai tempat ibadah
dan pendidikan.2
Berkaitan dengan masalah pendidikan ini,khalifah Umar bin Khattab merupakan seorang pendidik melakukan pernyuluhan pendidikan dikota Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di masji- masjid dan pasar – pasar, serta mengangkat dan menunjuk guru – guru untuk tiap – tiap daerah yang ditaklukkan itu, mereka bertugas mengajarkan isi Al-Qur’an dan ajaran Islam lainnya seperti Fikih, kepada penduduk yang baru masuk Islam.
Berkaitan dengan masalah pendidikan ini,khalifah Umar bin Khattab merupakan seorang pendidik melakukan pernyuluhan pendidikan dikota Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di masji- masjid dan pasar – pasar, serta mengangkat dan menunjuk guru – guru untuk tiap – tiap daerah yang ditaklukkan itu, mereka bertugas mengajarkan isi Al-Qur’an dan ajaran Islam lainnya seperti Fikih, kepada penduduk yang baru masuk Islam.
Diantara
sahabat – sahabat yang ditunjuk oleh Umar bin Khattab ke daerah adalah
Abdurahman bin Ma’qaal dan Imran bin Hshim. Kedua orang ini ditempatkan di
Basyrah. Abdurrahman bin Ghanam dikirim ke Syiria dan Hasan bin Abi Jabalah
dikirim ke Mesir. Adapun metode yang mereka pakai adalah guru duduk dihalaman
masjid sedangkan murid melingkarinya.
Jadi
dalam masa Khalifah Umar bin Khattabyang menjadi pendidik adalah Umar dan para
sahabat – sahabat besar yang lebih dekat kepada Rasulullah dan memiliki
pengaruh yang besar, sedangkan pusat pendidikannya selain di Madinah juga di
Mesir, Syiria dan Basyrah.
Dengan meluasnya kekuasaan Islam, mendorong kegiatan pendidikan Islam bertambah besar, karena mereka yang baru masuk Islam ingin menimba ilmu keagamaan dari sahabat- sahabat yang menerima langsung dari Nabi. Pada masa ini telah terjadi mobilitas penuntut ilmu dari daerah – daerah yang jauh dari Madinah, sebagai pusat agama Islam.
Pada masa khalifah Umar bin Khattab, mata pelajaran yang diajarkan adalah membaca dan menulis Al- Qur’an dan menghafalnya serta belajar pokok – pokok agama Islam. Pendidikan pada masa ini lebih maju dibandingkan sebelumnya. Pada masa ini tuntutan untuk belajar bahasa Arab, juga sudah mulai tampak, orang yang baru masuk Islam dari daerah yang ditaklukkan harus belajar bahasa Arab, jika ingin belajar dan memahami pengetahuan Islam. Oleh karena itu, pada masa ini sudah ada pengajaran bahasa Arab.
Dengan meluasnya kekuasaan Islam, mendorong kegiatan pendidikan Islam bertambah besar, karena mereka yang baru masuk Islam ingin menimba ilmu keagamaan dari sahabat- sahabat yang menerima langsung dari Nabi. Pada masa ini telah terjadi mobilitas penuntut ilmu dari daerah – daerah yang jauh dari Madinah, sebagai pusat agama Islam.
Pada masa khalifah Umar bin Khattab, mata pelajaran yang diajarkan adalah membaca dan menulis Al- Qur’an dan menghafalnya serta belajar pokok – pokok agama Islam. Pendidikan pada masa ini lebih maju dibandingkan sebelumnya. Pada masa ini tuntutan untuk belajar bahasa Arab, juga sudah mulai tampak, orang yang baru masuk Islam dari daerah yang ditaklukkan harus belajar bahasa Arab, jika ingin belajar dan memahami pengetahuan Islam. Oleh karena itu, pada masa ini sudah ada pengajaran bahasa Arab.
Pada
masa ini, pelaksanaan pendidikan lebih maju karena selama pemerintahan Umar
Negara berada dalam keadaan stabil dan aman, hal ini disebabkan telah ditetapkannya
masjid sebagai pusat pendidikan , juga telah terbentuknya pusat-pusat
pendidikan Islam diberbagai kota dengan materi yang dikembangkan, baik dari
segi ilmu bahasa, menulis, dan pokok – pokok ilmu lainnya.
Pendidikannya
dikelola dibawah pengaturan gubruryang berkuasa saat itu, serta diirigi
kemajuan di berbagai bidang, seperti jawatan pos, kepolisian, baitulmal, dan
lain sebainya. Sedangkan sumber gaji para pendidik pada waktu itu diambilkan
dari daerah yang ditaklukkan dan dari baitulmall.
3.
Pola
Pendidikan Islam Pada Masa Khalifah Usman bin Affan ( 23-35 H : 644 – 656 M )
Usman
bin Affan adalah termasuk saudagar besar dan kaya juga sangat pemurah
menafkahkan hartanya untuk kepentingan ummat Islam. Usman diangkat menjadi
khalifah hasil dari pemilihan panitia enam ( Usman, Ali bin Abi Thalib,
Thalhah, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqash, dan Abdurrahman bin Auf.) yang
ditunjuk oleh khalifah Umar bin Khattab menjelang beliau akan meninggal.
Pada
masa khalifah Usman bin Affan, pelaksanaan pendidikan tidak jauh berbeda dengan
masa sebelumnya. Pendidikan dimasa ini hanya melanjutkan apa yang telah ada,
namun hanya sedikit terjadi perubahan yang mewarnai pendidikan Islam. Para
sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rosulullah yang tidak diperbolehkan
meninggalkan Madinah dimasa khalifah Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar
dan menetap di daerah – daerah yang mereka sukai. Kebijakan ini sangat besar
pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di daerah – daerah.
Proses
pelaksanaan pola pendidikan pada masa Usman ini lebih ringan dan lebih mudah
dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar Islam.
Dari segi pusat pendidikan juga lebih banyak, sebab pada masa ini para bisa
memilih tempat yang mereka inginkan untuk memberikan pendidikan kepada
masyarakat. Khalifah Usman sudah merasa cukuip dengan pendidikan yang sudah
berjalan, namun begitu ada usaha yang cemerlang yang telah terjadi dimasa ini
yang berpengaruh luar biasa bagi pendidikan Islam yaitu untuk mengumpulkan
tulisan ayat- ayat Al-Qur’an. Penyalinan ini terjadi karena perselisihan dalam
bacaan Al-Qur’an. Berdasarkan hal ini, khalifah Usman memerintahkan kepada tim
untuk penyalinan tersebut, adapun timnya adalah: Zaid bin Tsabit, Abdullah bin
Zubair, Zaid binAsh, dan Abdurrahman bin Harist.
Apabila
terjadi pertikaian bacaan, maka harus diambil pedoman kepada dialek suku
Quraisy, sebab al- Qur’an sebab Al- Qur’an ini diturunkan menurut dialek mereka
sesuai dengan lisan Quraisy. Sementara Zaid bin Tsabit bukan orang Quraisy
sedangkan ketiga tim lainnya adalah orang Quraisy.
Pada
masa Khalifah Usman bin Affan, tugas mendidik dan mengajar umat diserahkan pada
ummat itu sendiri, artinya pemerintah tidak mengangkat guru- guru. Jadi para
pendidik tersebut dalammelaksanakan tugasnya hanya mengharapkan keridhaan Allah
semata.Adapun objek pendidikan pada masa itu terdiri dari:
Orang dewasa dan atau orang tua yang baru masuk Islam
Anak – anak, baik orang tuanya telah lama memeluk Islam ataupun yang baru memeluk Islam, orang dewasa dan atau orang tua yang telah lama memeluk Islam, orang yang mengkhususkan dirinya menuntut ilmu agama secara luas dan mendalam. Dari ke empat golongan terdidik tersebut, pelaksanaan pendidikan dan pengajaran tidak mungkin dilakukan dengan cara menyamaratakan tetapi harus diadakan pengklasifikasian yang rapid an sistematis, disesuaikan dengan kemampuan dan kesanggupan dari peserta didiknya. Adapun metode yang digunakan adalah:
Orang dewasa dan atau orang tua yang baru masuk Islam
Anak – anak, baik orang tuanya telah lama memeluk Islam ataupun yang baru memeluk Islam, orang dewasa dan atau orang tua yang telah lama memeluk Islam, orang yang mengkhususkan dirinya menuntut ilmu agama secara luas dan mendalam. Dari ke empat golongan terdidik tersebut, pelaksanaan pendidikan dan pengajaran tidak mungkin dilakukan dengan cara menyamaratakan tetapi harus diadakan pengklasifikasian yang rapid an sistematis, disesuaikan dengan kemampuan dan kesanggupan dari peserta didiknya. Adapun metode yang digunakan adalah:
olongan
pertama menggunakan metode ceramah, hafalan, dan latihan dengan mengemukakan contoh
– contoh dan peragaan. Golongan kedua menggunakan metode hafalan dan latihan. Golongan
ketiga menggunakan metode diskusi, ceramah, hafalan, tanya jawab. Golongan keempat
menggunakan metode ceramah, hafalan Tanya jawab, dan diskusi serta sedikit
hafalan. Pendidikan dan pengajaran pada golongan ini lebih bersifat pematangan
dan pendalaman. Mata pelajaran yang di berikan disesuaikan dengan kebutuhan
terdidik dengan urutan mendahulukan pengetahuan yang sangatmendesak / penting
untuk dijadikan pedoman dan pegangan hidup beragama. Ada 3 fase dalam
pendidikan dan pengajarannya:
Fase
pembinaan : dimaksudkan untuk memberikan kesempatan agar terdidik memperoleh
kemantapan iman.
Fase
pendidikan : ditekankan pada ilmu- ilmu praktis dengan maksud agar mereka dapat
segera mengamalkan ajaran dan tuntunan agama dengan sebaik- baiknya dalam
kehidupan sehari - hari.
Fase
pelajaran : ada pelajaran –pelajaran lain yang diberikan untuk penunjang
pemahaman terhadap Al-Quran dan Hadits, seperti bahasa Arab dengan tata
bahasanya, menulis, membaca, syair dan peribahasa.
Pendidikan
pada masa khalifah Usman ini tidak banyak terjadi perkembangan, jika
dibandingkan pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Hal ini disebabkan pada masa
khalifah Usman urusan pendidikan diserahkan begitu saja pada rakyat. Dari segi
pemerintahan khalifah Usman banyak timbul pergolakan dalam masyarakat sebagai
akibat ketidaksenangan mereka terhadap kebijakan khalifah Usman yang mengangkat
kerabatnya dalam jabatan pemerintahan.
4.
Pola
Pendidikan Pada Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib ( 35-40 H : 656-661 M )
li
adalah khalifah yang keempat setelah Usman bin Affan. Pada masa pemerintahannya
sudah diguncang peperangan dengan Aisyah ( istri Nabi) beserta Talhah dan
Abdullah bin Zubair karena kesalahfahaman dalam menyikapi pembunuhan terhadap
Usman,peperangan diantara mereka di sebut perang Jamal ( unta ) karena Aisyah
menggunakan kendaraan unta. Setelah berhasil mengatasi pemberontakan Aisyah,
muncul pemberontakan lain, sehingga masa kekuasaan khalifah Ali tidak pernah
mendapatkan ketenangan dan kedamaian.
Muawiyah
sebagai gubernur di Damaskus memberontak untuk menggulingkan kekuasaannya.
Peperangan ini disebut perang Shiffin, karena terjadi di Shiffin. Ketika
tentara Muawiyah terdesak oleh pasukan Ali, maka Muawiyah segera mengambil
siasat untuk menyatakan tahkim ( penyelesaian secara adil dan damai ). Semula
Ali menolak, tetapi karena desakan dari beberapa tentaranya akhirnya Ali
menerimanya, namun tahkim malah menimbulkan kekacauan, sebab Muawiyah curang,
dengan tahkim tersebut, Muawiyah berhasil mengalahkan Ali dan mendirikan
pemerintahan tandingan di Damaskus. Sementara itu, sebagian tentara yang
menentang keputusan Alidengan cara tahkim , meninggalkan Ali dan membuat kelompok
tersendiri yaitu khawarij.
Pada
masa khalifah Ali ini terjadi kekacauan dan pemberontakan, sehingga
pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa ini, kegiatan
pendidikan Islam mendapat hambatan dan gangguan. Pada saat itu khalifah Ali bin
Abi Thalib tidak lagi memikirkan masaalah pendidikan karena seluruh
perhatiannya ditumpahkan pada pada masalah keamanan dan kedamaian bagi
masyarakat Islam. Dengan demikian masalah pola pendidikan pada masa Khulafaur
Rasyidin tidak jauh berbeda dengan masa Nabi yang menekan pada pengajaran baca
tulis dan ajaran – ajaran Islam yang bersumber pada Al- Qur’an dan Hadits Nabi.
A.
PUSAT
- PUSAT PENDIDIKAN PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN
Pusat - pusat pendidikan pada masa Khulafaur Rasyidin antara lain:
Pusat - pusat pendidikan pada masa Khulafaur Rasyidin antara lain:
1.
Mekah.
Guru pertama di Mekah adalah Muaz bin Jabbal yang mengajarkan Al-Qur’an dan
Fikih.
2.
adinah.
Sahabat yang terkenal antara lain Abu Bakar, Usman bin Affan, Ali bin Abi
Thalib, dan sahabat - sahabat lainnya.
3.
Basrah.
Sahabat yang termasyhur antara lain Abu Musa Al Asy’ari, seorang ahli fikih dan
Al-Qur’an.
4.
Kuffah.
Sahabat- sahabat yang termasyhur disini adalah Ali bin Abi Thalib, dan Abdullah
bin Mas’ud yang mengajarkan Al-Qur’an ia adalah ahli tafsir, hadits, dan fikih.
5.
Damsyik
(Syam) sahabat yang mengajarkan ilmu disana adalah Mu’az bin Jaba( di
Palestina), Ubaidillah (di Hims), dan Abu Darda’( di Damsyik).
6.
Mesir.
Sahabat yang mula-mula mendirikan madrasah dan menjadi guru di Mesir adalah
Abdullah bin Amru bin Ash, ia adalah seorang ahli hadits.
D.
ANALISIS
Dari uaraian di
atas, dapat diketahui bahwa pola pendidikan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin
masih sama seperti pola pendidikan yang diterapkan pada masa Rasulullah baik
dari segi materi maupun lembaganya, lebih melakukan pendekatan kepada
masyarakat untuk mengajarkan tentang Islam. Pola pendidikan yang diterapkan
juga masih sama dilakukan pada masa Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq, pada masa
Khalifah Umar Ibnu Khattab, pada masa Khalifah Usman bin Affan, dan pada masa
Khalifah Ali bin Abi Thalib.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pola
pendidikan Islam pada masa Khalifah Abu Bakar sama dengan pola yang diterapkan
pada masa Rosulullah baik dari segi materi ( keimanan, akhlak, dan kesehatan )
maupun dari segi lembaganya ( kuttab )
Pada masa khalifah Umar bin Khattab pendidikan Islam sudah lebih meningkat dimana pada masa ini khalifah Umar sudah mengangkat guru - guru dan digaji untuk mengajar ke daerah-daerah yang baru ditaklukkan.
Pola pendidikan Islam pada masa khalifah Usman bin Affan diserahkan sepenuhnya pada rakyat dan sahabat tidak hanya terfokus di Madinah saja, tetapi sudah boleh mengajar ke daerah - daerah lain. Pola pendidikan Islam pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib kurang diperhatikan, hal ini dikarenakan pemerintahan Ali yang selalu dilanda konflik yang berujung pada kekacauan.
Pada masa khalifah Umar bin Khattab pendidikan Islam sudah lebih meningkat dimana pada masa ini khalifah Umar sudah mengangkat guru - guru dan digaji untuk mengajar ke daerah-daerah yang baru ditaklukkan.
Pola pendidikan Islam pada masa khalifah Usman bin Affan diserahkan sepenuhnya pada rakyat dan sahabat tidak hanya terfokus di Madinah saja, tetapi sudah boleh mengajar ke daerah - daerah lain. Pola pendidikan Islam pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib kurang diperhatikan, hal ini dikarenakan pemerintahan Ali yang selalu dilanda konflik yang berujung pada kekacauan.
DAFTAR
PUSTAKA
Nizar, Samsul, Dr., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 1997
Soekarno,
Drs.,Sejarah Dan Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Angkasa, 1983
Thohir, Ajid., Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004
Thohir, Ajid., Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004
Joesoef,
Sejarah Daulah Khulafaur Rasiddin, Medan : Bulan Bintang, 1979
Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta : Pustaka Al-Husna, 1990
Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta : Pustaka Al-Husna, 1990
Tidak ada komentar